Opinion

#103 : 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional Indonesia

Pada awalnya, aku pengen nulis blog ini dalam bahasa Inggris.. tapi, setelah kupikir2 lagi, kalo kita hanya melulu menggunakan Bahasa Inggris, siapa yang pakai bahasa Indonesia donk.. jadi nya yah posting ini aku tulis menggunakan bahasa Indonesia walaupun tidak formal semua.. apalagi ini berkaitan dengan salah satu hari nasional Indonesia yang kebetulan juga bertepatan dengan hari Raya Waisak.

O ya, post ini juga post yang cukup serius sih, dan benar2 panjang.. 1000 kata… Jadi bagi yang tidak berminat, tidak usah dibaca saja.. Ini hanya pemikiran seorang mahasiswa terhadap negaranya..

Hari ini, 100 tahun tepat sejak Indonesia (dapat) dikatakan memiliki organisasi pertama, yaitu Budi Utomo.. Ini hanya pengantar sedikit. Dulu, kita menyebutnya kebangkitan karena itulah perubahan perjuangan Indonesia dari yang bermodalkan bambu, lalu mulai berpindah ke perundingan meja dan mengusahakan cara-cara intelektual. Ironisnya, hal ini banyak dilakukan oleh warga Indonesia yang sudah selesai belajar di Belanda dan kembali ke tanah air.

Nah sekarang sudah berlalu 100 tahun.. namun entah bagaimana mengucapkan nya, apakah kondisi kita ini sebenarnya sudah lebih baik atau tetap sama, bahkan lebih buruk dari 1908 lalu ? aku sih kurang mau untuk menjawabnya.. Sebagai perbandingan saja, yang maju mungkin hanya lah teknologi, pergaulan dll. Namun, aku jg merasa kita mengalami kemunduran, terutama di masalah sosial. Jika dulu kita berjuang melawan penjajahan asing, kok rasa nya sekarang ini kita membiarkan saja yah penjajahan ini ( globalisasi, kapitalisme ). Lebih parahnya lagi, menurutku, penjajah sekarang ini bukan hanya orang asing, tp jg orang lokal (yang mgkn terpengaruh budaya asing) dan lantas berkeinginan menguasai kekayaan Indonesia.

Untuk masalah politik dan organisasi lebih kelihatan lagi. Jika dulu semua partai yang dibentuk (meskipun memiliki perbedaan visi, landasan dll ) namun tetap berkeinginan yang sama, yaitu kemerdekaan Indonesia. La coba liat sekarang… yang ada itu partai A melawan partai B untuk memperebutkan kekuasaan.. kekuasaan yang sebenarnya tidak lah layak untuk disebut kekuasaan, karena jabatan itu sebenarnya adalah bentuk pelayanan, bukan kekuasaan atas, untuk dan oleh rakyat.. Jadi salah besar jika mengira menang pemilu, maka rakyat meminta dia untuk berkuasa.. Sebaliknya, makna kemenangan pemilu itu adalah rakyat mengharapkan pemimpin terpilih bisa melayani mereka sebagai rakyat..

Kita yang tidak berada dalam lingkaran pemimpin juga tidak kalah ganasnya dalam menuntut dan mencecar pemimpin2 kita, bahkan setiap kali mereka melakukan kesalahan kecil. kita sering kali lupa bahwa pemimpin juga manusia. Bukannya mendukung, kita terlihat lebih suka mencari-cari kesalahan orang lain. Bahkan segelintir orang mengaku mampu membuat negara ini lebih baik dari pemimpin2 sekarang.. Nah harus nya hal ini harus diperhatikan dahulu.. Janganlah kita sembarang berucap mampu, namun kita sibuk mencari alasan-alasan jika nantinya kenyataannya kita malah memperparah keadaan. Sebab bukti nyatanya sudah banyak..

Aku hanya lah 1 di antara 200 juta orang yang bermimpi negara ini bisa kembali jaya seperti sedia kala.. karena mnurutku sudah sangat layak negara yang makmur ( dulu sih ^^ ) dan besar seperti kita disegani seluruh dunia, bukannya malah dijadikan sapi perah. Namun mimpi ini pun tidak mudah, karena 200 juta orang ini kayak nya belum memiliki mimpi yang sama. Malah mungkin ada mimpi-mimpi yang bertentangan.. sementara tantangan pun bukannya malah berhenti, tapi bertambah banyak.. dan tantangan itu tidak ditujukan untuk orang-orang tertentu, tapi seluruh bangsa ini kalau boleh dibilang..

Namun, perubahan pun juga sedang terjadi di negara ini. Pemerintah yang belum mengenal negaranya semakin membuat bingung. Dari dulu, aku berpikir, negara kita ini negara agraris dan maritim. Namun kita masih mengimpor beras, masih mengimpor makanan2 lain. Bahkan aku baru tau kalo gandum itu adalah hasil import. Bukankah ini mengenaskan.. aku juga berpikir, jangan2 pemerintah yang sekarang itu masih belum mengenal negaranya. Jika memang kita negara agraris dan maritim, kenapa kita sibuk membuat pabrik2, industri2, namun kelautan dan pertanian kita ditelantarkan begitu saja.. apakah karena negara lain sukses dengan pabriknya, lantas kita perlu ikut2an ?? aku kurang mngerti masalah ini sih.. soalnya aku mengenal quote ini ” Daripada memikirkan untuk memperbaiki kekurangan mu, lebih baik kamu mengasah apa yang jadi kelebihan mu ” ini quote dari komik Shoot.. namun artinya pun tidak sekedar komikal.. artinya, setiap orang ( bangsa ) diberi kelebihan dan kekurangan sendiri2.. kenapa ya kita sibuk ikut2 orang lain.. saat ini ASEAN sedang krisis pangan (termasuk Indonesia).. Andaikan saja negara ini tetap berfokus pada pertanian ( jika memang ingin terkesan maju, gunakan teknologi tingkat tinggi yang diterapkan pada pertanian.. bukan berarti pertanian adalah hal primitif ), tentu kita bisa saja tetap makan dengan harga murah, bahkan mengeskpor bahan makanan.. namun kembali ya itu tadi.. sementara harga bahan hidup naik ( BBM, makanan dll ), harga barang elektronik ( HP, TV dll ) malah turun.. nah loh.. aneh kan ^^

Kalau dari sifat dan sikap manusianya, perubahan pun jg harus diakui terjadi. yah seperti yang dikatakan banyak orang, budaya Hedonis dan Instan itu sudah menjadi hal yang biasa. Namun, kita tidak bisa menyalahkan orang2 dengan sikap demikian. hal itu pun juga terjadi karena sistem sosial nya kurang memadai kan.. makanya sampai bisa terpengaruh budaya2 asing ( menurut PPKn sih, hal2 itu adalah budaya asing.. padahal setauku, mall2 di luar negeri juga tidak lebih banyak dari Indo.. bahkan mereka pun hidup sederhana.. mereka di sini refer to rakyat kebanyakan ya.. bukan orang2 glamor yang ada di film2 ato majalah2, nah bagaimana bisa ya kita menyalahkan bangsa lain yang hidupnya lebih sederhana dari kita sebagai biang keladi budaya hedonisme itu ? )..

Budaya instan juga cukup parah lo.. kalo ini sih menurutku mmg dari kita sendiri.. Buktinya, orang luar negeri sangat2 menjunjung tinggi proses belajar mengajar.. mereka menghargai ilmu. sementara kita di sini menghargai nilai ( benar to ? ) maka jika nilai itu bisa didapat dengan cara instan, bwat apa ada proses.. di sini yang laris adalah semua hal yang instan.. cara kaya dengan instan ( mmg sih, siapa yang ndak mau kaya ya kan.. kalau aku sih, hidup berkecukupan itu dah cukup, yah lebih2 dikit dari cukupnya supaya ada warisan bwat anak cucu ^^ g usah kaya2 amat.. soalnya, bahagia tidak ekual dengan kekayaan ), bubur instan, mie instan, nasi goreng instan.. semua yang instan pasti laku de he4.. padahal instan itu diciptakan karena waktu yang terbatas ( misalkan mie instan, bubur instan.. itu untuk menyiasati orang sibuk yang mgkn g sempat masak ).. namun, terlalu banyak makan yang instan2 ternyata membuat kita malah pengennya instan2 melulu.

Nah, terlepas dari semua hal janggal2 di atas yang sedang terjadi, kita juga tetap bersikap optimis terhadap perkembangan bangsa ini. Sambil melakukan apa yang menjadi porsi kita masing2.. Jangan sampai kita terpancing melakukan hal yang bukan porsi kita, malah mengabaikan kewajiban kita yang sesungguhnya. Memang keadaan sekarang sudah cukup susah. Oleh karena itu, jangan lah sikap kita juga menyusahkan orang lain. Sebaliknya, biasakan diri untuk mengurangi kesusahan orang lain.

Jadi, mari kita lihat saja perkembangan negara ini dengan dukungan, bukan cacian.. dengan sikap menerima dan mau belajar dari kesalahan, bukan nya sikap mengkambing hitam kan dan melakukan segala cara..

Serius juga ya post ini.. wew.. aku baca ulang aja ampe kagok.. ckckck..