Review Buku : Disruption (Rhenald Kasali)
Buku ini merupakan buku terbaru dari Pak Rhenald Kasali yang membahas khusus tentang Disruption, baik dalam skala Global maupun yang terjadi di Indonesia.
Disruption. Kata-kata yang mendadak populer belakangan ini, dan kerap berkaitan erat dengan Startup. Namun jika ditinjau lagi, Clayton M. Christensen, salah satu professor di Harvard Business School sudah bertahun-tahun lalu memperkenalkan konsep Disruptive Innovation, yang tentunya tidak hanya berupa cerita praktis, tapi sudah diterjemahkan menjadi berbagai jurnal ilmiah dan akademis.
Dalam buku ini, Pak Rhenald berusaha membedah teori Disruptive Innovation dari Clayton Christensen dan menerjemahkannya menjadi berbagai studi kasus yang lebih mudah dimengerti, terutama untuk para praktisi, walaupun memang dasar-dasar akademis juga turut diberikan sebagai dasar kerangka berpikir.
Contoh disruption yang sedang populer di Indonesia, tidak lain adalah keberadaan para angkutan online yang perlahan tapi pasti mampu menggerus laba dari angkutan tradisional seperti taxi. Pada mulanya, incumbent (dalam hal ini adalah angkutan konvensional) tentu tidak akan menyangka bahwa angkutan Online (diwakili GoJek, Grab, dan Uber) mampu membuat perubahan yang sebenarnya sangat besar, tapi tidak mendadak. Hal inilah yang seringkali membuat incumbent terlena, merasa bahwa posisinya di atas angin, hingga akhirnya data dan statistik (yang seringkali bersifat lagging, diketahui belakangan) membuktikan bahwa para startup ini ternyata berdampak cukup signifikan, dan sialnya, tidak terlalu kentara dampaknya.
Ilustrasi yang mengena adalah cerita tentang seekor kodok. Ketika kodok tersebut dilemparkan ke dalam air yang panas, maka seketika kodok akan melompat keluar untuk menyelamatkan diri. Namun, ketika kodok dimasukkan ke dalam air yang pelan-pelan dipanaskan hingga mendidih, kodok tidak merasa ada bahaya yang mengancam hingga akhirnya mati di dalam.
Kisah ini pula yang mungkin sedang dialami oleh incumbent di mana-mana di seluruh dunia, baik di sektor transportasi, perhotelan (yang diguncang oleh keberadaan AirBnB), atau bahkan pusat perbelanjaan fisik (yang sekarang mulai tersaingi dengan kemudahan bertransaksi online). Karena disruption tidak terjadi secara mendadak dan “mengguncang”, maka keberadaannya seringkali diabaikan hingga keadaan menjadi terlambat. Ketika kondisi mulai tidak ideal bagi incumbent, maka dengan power yang dimiliki, incumbent akan berusaha untuk menghambat disrupsi ini.
Salah satunya tentu adalah dengan mengadu kepada regulator dan berusaha membuat peraturan yang mengekang disrupsi tersebut, dengan mengatasnamakan “playing in the same field”. Contoh nyata adalah adanya tarif batas bawah dan atas yang baru saja diberlakukan oleh pemerintah untuk mengatur angkutan online. Bahkan, tidak cukup sampai di situ, pemerintah juga membatasi jumlah angkutan online yang boleh beroperasi. Bukankah ini sebenarnya bertentangan dengan keinginan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia?
Berbagai kepentingan dan contoh kasus ini semacam inilah yang banyak dibahas oleh Pak Rhenald. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan panduan/guidelines bagaimana seharusnya disrupsi dapat dilakukan, dan bagaimana seharusnya reaksi incumbent jika mengalami efek dari disrupsi tersebut.
Menarik untuk disimak dalam waktu mendatang, bagaimana kelanjutan pertarungan antara incumbent melawan disruptive startup. Sebagian incumbent cukup rasional untuk melakukan kerja sama dengan startup (seperti BlueBird yang akhirnya bekerja sama dengan Go-Jek). Sebagian lain yang tidak mampu beradaptasi mulai kelimpungan dan menunjukkan tanda-tanda kegagalan bersaing. Sebaliknya, dari Startup, harus diperhatikan juga bahwa mungkin selama ini mereka masih memiliki sumber pendanaan dari investor yang kuat untuk melawan incumbent dengan cara melakukan subsidi. Namun, perlu dipikirkan ulang, apakah cara mereka membangun business sudah sustainable untuk jangka panjang?
Masih tertarik dengan Digital Disruption? Berikut post lain yang masih berkaitan dengan buku Disruption 🙂
Isinya sangat menginspirasi untuk berubah..
Saya baru baca naskah ini, saya tertarik untuk membeli melalui ebook, bisakah?
Halo… untuk eBook coba dibeli di Gramedia Digital mungkin ada. Saya sendiri hanya punya buku fisiknya.