Review Buku – Hujan dan Pelangi
Penulis: Idawati Zhang, Mikayla Fernanda, Ch. Marcia
Pertama-tama, sebagai teman sekelas seperjuangan di kelas plot point, aku pingin ngucapin congratulation dan salut yang sebesar-besarnya atas lahirnya buku ini (dan 1 buku lagi dari teman sekelas juga, Sketsa Terakhir by Kei dan Vanny, yang akan saya baca abis gini kalau ada liburan lagi hehe..).. Nulis sebuah novel, mau itu solo atau kelompok, sama sekali bukan hal yang gampang (kalau gampang, pasti aku juga udah selesai nulis 1 kan :p).. Apalagi kalau ngliat perjuangan penulis Hujan dan Pelangi ini yang harus ngurus kerjaan dan keluarga masing-masing. Kalo liat dari Twitternya sih, keliatannya suka nulis di malam bahkan dini hari setelah berbagai urusan kelar π
Masuk ke bukunya ya. Genre dari buku ini adalah remaja, dengan cerita yang ringan (2/3 bagian selesai dalam flight Surabaya-Singapore) namun maknanya cukup dalem, tentang revenge/balas dendam dari seorang remaja cewek ke cewek lainnya.. Tentu dilengkapi dengan bumbu-bumbu kehidupan remaja, seperti masa-masa di sekolah, pacaran, klub di sekolah, dll. π Hmm, honestly, genre teenlit gini bukan prefered genre-ku, apalagi tokoh utamanya juga sama-sama cewek, jadinya novel ini girly banget deh.. Jadi mungkin penilaiannya sedikit bias karena memang ga biasa membaca teenlit gini. Hehe. Terakhir kali baca teenlit, mungkin sekitar 5 taun lalu, juga karena penulisnya adalah temen. Dan membaca hasil karya teman itu merupakan bukan cuma asal beli buku dan baca seperti membaca buku yang kita tidak kenal langsung sama penulisnya, tapi juga merupakan bentuk apresiasi lho (menurutku sih).
Ide ceritanya tidak terlalu mbulet dan terasa cepat sekali sampai ke endingnya, seperti straight to the point. (entah apa aku yang merasa demikian ya? karena dari bab-bab awal sudah terlihat motif dari Camm (salah satu tokoh utamanya), hmm, jadi seolah-olah ‘kartu-kartu’ dari cerita ini sudah dibiarkan terbuka sedikit-sedikit di bagian depan).. Tokoh pertama bernama Sabrina, si School Queen. Sementara tokoh utama kedua bernama Camm, murid baru di sekolah Sabrina yang ternyata punya hubungan spesial dengan Sabrina, dan justru hubungan spesial itu pula yang menyebabkan drama balas dendam ini terjadi. Kedua tokoh jadinya saling bergantian melancarkan serangan ala FTV remaja hingga akhirnya harus didamaikan oleh pihak penengah (teman Camm yang malah suka sama Sabrina). Yaa, saling fitnah dan menyebarkan gosip tentang musuhnya gitu.. Mungkin tense puncak dari cerita ini terjadi ketika Sabrina berniat mengeluarkan Camm dari sekolah, namun justru dari sana, tahap resolusi menuju ending mulai diceritakan, yakni asal usul dari Camm itu sendiri.
Yang aku suka, dialognya ‘kriuk-kriuk’ alias ga garing. Tapi aku cuma bisa membayangkan logat lo gue lo gue karena aku sendiri bukan orang Jakarta dan ga terbiasa.. hehe.. lalu bahasa gaulnya juga update banget nih.. Pasti butuh effort yang besar untuk nulis teenlit seperti gini yang tiap tahun bahasa dalam dialog-nya juga berkembang dan jadi ‘alay’ gitu kalau dibandingin waktu dulu aku *dan penulisnya* masih remaja sih :p.. Lalu, pemilihan gurunya yang terlibat dalam cerita ternyata juga memang diniatin disambungin sama jalan ceritanya ya. Mungkin pemilihan guru Biologi itu supaya bisa nyambung sama teori genetika, di mana Sabrina mulai menyadari bahwa Camm memang benar-benar anak dari Papanya melalui golongan darah (rhesus)-nya. Latar belakang Camm sebagai anak penari terkenal dan Sabrina sebagai pemimpin group dance di sekolahnya juga seolah ‘melicinkan’ aksi balas dendam ini karena melalui tari/dance itu lah Camm dengan gampang masuk ke lingkaran kehidupannya Sabrina dan mengobrak-abrik Sabrina dari sana.
Oh ya, lalu, hmm, aku ngga tau juga sih dengan anak remaja jaman sekarang ya. Tapi aku merasa Sabrina kok begitu mudahnya nglepasin pacarnya (Aldo) yang digambarkan sebagai seorang sosok ideal, lalu juga berpindah hati ke orang lain (Maurel) yang baru saja dikenalnya (keliatannya timeline dari novel ini kan pendek ya, mungkin keseluruhan terjadi dalam waktu sebulan?) . Hmm, jadinya seperti cinta segiempat nih. hehe.. tapi entah kenapa, perasaanku sih, kayaknya kok cowo-cowo itu kok gampang aja jatuh cinta baik dari Maurel tiba-tiba suka ke Sabrina dan Aldo yang juga suka sama Camm, dalam waktu yang sangat singkat..
Sekian dulu review singkat dari aku tentang buku ini. Buku ringan dan menghibur untuk mengisi liburan atau weekend tanpa perlu membebani kepala dengan mikir terlalu berat π
After all, well done to the writers π once again, congratulation on finishing the first book.