Short Story/Cerpen

Seminggu Saja

Angka di jam digital menunjukkan pukul 21.00. Seorang pria dengan langkah santainya berjalan di sebuah bandara Internasional, ditemani tas ransel hitam berukuran sedang dan koper kecil yang ditarik. Baru saja sampai ke Bandara, perjalanannya baru saja akan dimulai. Perjalanan menuju benua lain, yaitu benua Kangguru alias Australia. Dirogohnya kantongnya, terdapat secarik kertas di sana. Tertulis namanya. “TONY HERMAWAN”. Selain itu, tertulis pula jadwal keberangkatannya, flight BALI-PERTH jam 23.00. “Ah, masih sisa 2 jam lagi. Sebaiknya aku mencari executive lounge di sini untuk duduk”, pikir Tony.

Keberangkatannya kali ini tidak untuk jalan-jalan, namun untuk urusan kantor. Ia akan tinggal di sana selama 1 minggu. Toh, Tony bukan sekali ini berangkat ke Australia. Dia pernah menetap di sana selama 4 tahun untuk berkuliah, sebelum memutuskan kembali ke Indonesia dan melanjutkan usaha ayahnya di bidang konstruksi bangunan. Baginya, Australia lebih dari sekedar tempatnya belajar. Di sanalah dia pertama kalinya hidup mandiri, lepas dari orang tuanya yang sedikit protektif. Selain itu, di sana pula, dia menemukan cintanya, mantan lebih tepatnya. Alice namanya. Wanita yang mempesona. Meskipun bukan cinta pertama, namun Alice adalah wanita yang pertama kalinya dicintai hingga lebih dari 100% sekalipun. Tony bak tersihir oleh Alice. Tidak hanya karena kecantikan fisik saja. Sifat Alice yang periang, supel, dan menyenangkan sangat sulit diabaikan oleh pria manapun.

Masih terbayang dalam benak Tony hingga hari ini, semua keindahan dan kebahagiaan masa pacaran mereka. Di saat-saat sepi seperti sekarang inilah, Tony bernostalgia. Mengenang kembali masa-masa itu dapat membuat Tony tersenyum-senyum sendiri. Namun, terkadang perih di hati muncul kembali, tatkala mengingat mereka harus mengakhiri hubungan mereka, karena Tony harus kembali ke Indonesia, Alice melanjutkan studinya, sementara mereka belum percaya akan hubungan jarak jauh. “Kita break dulu saja ya, Ton”, itulah kata Alice kepada Tony yang diiyakan saja oleh Tony, sementara mereka berdua tahu kalau perpisahan mereka tidaklah mudah diterima. Setahun berlalu sejak Alice mengucapkan selamat tinggal. Selama itu pula, Tony tidak pernah lagi melihat Alice. Sekedar komunikasi pun mulai dikurangi.

Pukul 21.15. Selesai melakukan check in di tempat yang disediakan, Tony bergegas menuju salah satu executive lounge di lantai 2 bandara. Tempat yang dipilihnya untuk menghabiskan waktu sebelum beranjak meninggalkan Indonesia. Suasana sangat sepi. Hanya segelintir saja orang di dalam lounge. Matanya memandang sekeliling. Satu, dua, tiga, …, lima orang asing di sana, masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

“Selamat Malam, Pak. Ada yang bisa dibantu ? “, sapa petugas kasir di lounge tersebut.

“Iya. Ini Mbak”, kata Tony sambil membuka dompet, dan mengeluarkan kartu kredit yang menjadi syarat utama untuk menjadi pengunjung lounge tersebut.

“Baik Pak. Mohon tunggu sebentar ya. Saya proses dulu”, balas si petugas yang dengan cekatan menggesekkan kartu ke mesin yang ada, dan lantas meminta tanda tangan dari Tony.

Setelah itu, Tony pun langsung menuju kursi kosong yang sudah diincarnya sejak pertama kali masuk. Dari sana, dia bisa melihat pesawat-pesawat, baik yang mendarat maupun yang lepas landas. Langit memang gelap. Namun, kerlap kerlip lampu pesawat bak bintang yang menghiasi gelapnya malam itu. Diletakkannya barang-barangnya di kursi itu. Lalu Tony mengambil jus jeruk di dalam kulkas, sambil memilih-milih kudapan untuk mengisi perutnya malam itu. Pilihannya jatuh pada Nasi Jenggo dan gorengan. Dibawanya makanan minuman tersebut kembali ke kursinya. Tony menikmati makanan tersebut, lebih karena perutnya sudah lapar.

Pukul 21.30. Makanan dan minuman telah habis. Tony mengambil handphonenya. Berusaha mencari kesibukan lain. Pilihannya jatuh pada membaca berbagai artikel yang sudah disimpannya sebelumnya. Namun, sesaat sebelum membaca, samar-samar dia mencium bau parfum yang khas. Bau yang tidak mungkin pernah bisa dilupakannya. Bau itu adalah parfum yang biasa dikenakan oleh Alice, dan juga sering dihadiahkan oleh Tony untuk mantan pacarnya tersebut. Tidak bisa menahan rasa keingintahuannya, dia segera berbalik. Matanya berusaha mencari asal bau harum tersebut. Seketika, matanya terperanjat. Dilihatnya Alice di meja lain. Terhenyak. Tidak menyangka akan bertemu kekasih lamanya di tempat ini.

Alice pun juga sama terkejutnya. Kedua mata beradu sejenak. Tergambar kenangan lama di bola mata masing-masing, menyiratkan rasa syukur yang tidak diketahui alasannya, entah mengapa mereka bertemu di sini. Masih sama dengan dulu, Alice menyapa dengan hangatnya “Hey Ton, ayo gabung sini. Aku sendirian kok”. Tony pun tidak menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut. Diangkatnya tas bawaannya, berpindah mendekati pujaan hatinya.

Pukul 22.45. Tidak terasa, lebih dari satu jam Alice dan Tony sibuk bertukar cerita layaknya teman lama. Bukan hanya teman lama, namun kekasih lama. Benih cinta yang terpaksa kandas di antara mereka masih tersimpan dengan rapi di hati. Ternyata, Alice pun akan berangkat ke Perth setelah menghabiskan liburan di Indonesia selama 2 bulan. Kebetulan yang luar biasa lagi, mereka satu pesawat, walaupun tidak duduk berdampingan. Tony pun sempat berbasa-basi, menanyakan apakah Alice sudah memiliki tambatan hati yang baru. Ternyata mereka juga masih sama, saling menjaga hati karena cinta yang belum menguap dari hati.

“PERHATIAN PERHATIAN. PENUMPANG PESAWAT GARUDA DENGAN TUJUAN PERTH SILAHKAN MEMASUKI PESAWAT…. ” ajakan petugas penerbangan kepada para penumpang untuk segera memulai perjalanan panjang mereka.

Tony terlihat gelisah. Kehadiran Alice di depannya ternyata mampu membuka kembali romantika dalam hatinya yang sempat terluka akibat perpisahan. Tidak dapat menahan diri, Tony bertanya “Alice, apakah kamu mau kita pacaran lagi ? Hanya untuk seminggu ke depan. Itulah waktu yang bisa kuberikan untukmu sebelum aku pulang. Aku tahu ini konyol, namun aku sudah tidak dapat menahan rinduku lagi”.

Alice sejenak terperanjat, seolah tidak percaya mendengar apa yang diucapkan Tony. Memilih tidak membalas, Alice mencium bibir Tony dengan hangat. Masih sama seperti ciuman yang dulu. Demikianlah jawaban Alice terhadap pertanyaan Tony.

Pukul 22.50. Silhuet orang bergandengan tangan terlihat mengangkat barang masing-masing, meninggalkan lounge, menuju tempat pacaran mereka. Meskipun kebahagiaan itu mungkin hanya untuk seminggu.

Post ini dibuat untuk cerita jejakubikel.com dengan tema cinta lama bersemi kembali (CLBK)