Books Review

#415 : Book Review – Xar & Vichattan Buku Dua : Prahara

Xar & Vichattan Buku Dua : Prahara

Xar & Vichattan Buku Dua : Prahara

By: Bonmedo Tambunan

Penerbit : Adhika Pustaka (http://www.adhika-pustaka.com/)

Jumlah Halaman : 423

Sinopsis

Pada buku pertama Xar dan Vichattan, dikisahkan bahwa keempat remaja, dua dari kuil Xar, yaitu Dalrin dan Antessa, serta dua lainnya dari Vichattan, yaitu Kara dan Gerome, telah mendapati diri mereka menjadi ahli waris cahaya, yang harus bertarung melawan kegelapan dan pimpinannya, Khalash, dengan bantuan Cahaya. Mereka telah berhasil membangkitkan kembali Kuil Cahaya (yang sempat runtuh seiring dengan berakhirnya perang melawan kegelapan 7 tahun sebelumnya, dan meninggalnya pendeta cahaya terakhir, yaitu Luscia) dengan bantuan kedua roh Cahaya, yaitu Amor dan Pietas.

Sebagai informasi tambahan, kuil Xar dan Vichattan merupakan keturunan dari ahli waris Cahaya, di mana perbedaan dari mereka adalah, para warga kuil Xar menggunakan energi di dalam diri mereka, dan bergabung dengan Xar untuk bertarung. Sementara bagi warga Vichattan, keahlian mereka adalah menyerap energi alam yang tersedia di sekitar mereka dan menggunakannya untuk bertarung.

Pada buku kedua ini, yang menjadi perhatian utama adalah mulai beraksinya para pengikut kegelapan, di bawah pimpinan Khalash. Untuk melemahkan kuil Xar dan Vichattan, Khalash mengatur strategi untuk mencemari sumber energi dari Xar dan Vichattan, yaitu sumber energi Xar di Ruang Hati kuil Xar dan Kristal Utama energi alam yang menjadi sumber energi dari kaum Vichattan. Tugas pertama untuk mencemari Ruang Hati Xar diserahkan kepada Corbus, panglima kegelapan yang menjadi tangan kanan langsung dari Khalash dan memiliki kekuatan kegelapan yang berbahaya. Sementara tugas kedua, mencemari Kristal Utama, diserahkan kepada Frigus Acerbus, ratu dari bangsa peri yang haus akan kekuatan dan beralih kepada kegelapan. Untuk memecah belah perhatian dari ahli waris, maka Khalash juga memerintahkan Shiba, panglima kegelapan lainnya, untuk menyerang desa Galad, yang menjadi salah satu basis pertahanan Xar dan Vichattan.

Ahli waris Cahaya sendiri, yang terdiri dari 4 orang, memiliki tugas masing-masing, di mana Kara ditugaskan untuk mencari tahu dari mana monster-monster kegelapan berasal, karena monster tersebut seolah tidak ada habisnya, walaupun sudah berulang kali dihabisi oleh pejuang Xar dan Vichattan. Apakah monster tersebut benar-benar diciptakan dari sihir kegelapan ? ataukah sebenarnya monster-monster itu berasal dari dunia lain ? Itulah tugas penting Kara, mengetahui asal muasal dari monster tersebut. Sementara itu, Antessa ditugaskan untuk membantu para peri dalam melindungi Kristal Utama dari ancaman Frigus Acerbus. Dalrin, yang sempat mengalami pergolakan batin yang sangat hebat, ditugaskan untuk membantu kuil Xar menghalangi niat Corbus dalam mencemari sumber energi Xar. Sedangkan Gerome, bersama salah satu Roh Cahaya, Amor, bertugas membantu pasukan Xar dan Vichattan di desa Galad menghalau pasukan kegelapan.

Apakah sebenarnya rencana Khalash dan pasukan kegelapannya ? Berhasilkah para ahli waris cahaya dalam melakukan tugasnya masing-masing dan melindungi dunia ? Silahkan baca cerita selengkapnya pada buku Xar dan Vichattan Buku Dua : Prahara.

Review

Story / Plot

Dari sisi cerita maupun plot, menurut saya, banyak sekali hal-hal yang mengejutkan, terutama tentang masa lalu dari sebagian karakter utama, baik dari sisi kegelapan (Shiba dan Corbus), maupun sisi cahaya (Petra, Lisbet,dll).. Cerita-cerita lampau tersebut cukup baik dipaparkan, sehingga menunjang berbagai konflik antar tokoh yang terjadi pada buku dua ini. Berbagai pengkhianatan, intrik dan masalah pribadi yang terjadi masa lalu menjadikan cerita ini cukup kompleks, namun menarik untuk diikuti.

Pada buku kedua ini juga, pembaca dapat mengetahui berbagai ‘sejarah’ dan hubungan dari Xar, Vichattan, serta kegelapan. Contohnya, hubungan energi Xar, Vichattan, dengan kegelapan/cahaya. Lalu ada cerita tentang bangsa peri dan segala permasalahan dalam bangsanya. Lalu, asal muasal dari monster-monster kegelapan. Dan juga adanya cerita tentang dimensi-dimensi lain.

Namun, menurut saya, buku ini agak kurang greget, terutama karena banyak sekali adegan-adegan yang sifatnya mengisahkan sesuatu, dan adegan pertarungan nya justru terasa cepat selesai. Padahal, dalam buku ini, dapat dikatakan pihak kegelapan dan ahli cahaya sendiri sudah menampilkan para ksatria terbaiknya, seperti pihak kegelapan yang diwakili Khalash sendiri, Frigus Acerbus yang merupakan ratu peri, dan Nolacerta, naga berkepala dua yang merupakan perwakilan dari kegelapan di dunia ini. Menurut saya, dengan kapasitas tokoh antagonis yang serasa sudah superior, sedangkan tokoh protagonis (ahli waris cahaya) yang masih remaja, maka seharusnya pertarungan yang terjadi dapat sangat seru. Namun, terkadang, saya merasa bahwa pihak kegelapan cukup ‘mudah’ untuk dikalahkan.

Setting

Setting dalam cerita ini dapat digambarkan dengan cukup baik oleh pengarang. Namun, menurut saya, lokasi dan tempat yang ditunjukkan juga sangat sedikit, dengan hanya berpusat pada Kuil Xar, Vichattan, kuil Cahaya, dan dimensi kegelapan. Memang, cerita pada buku ini sudah tidak lagi mengisahkan petualangan seperti halnya pada buku pertama, yang kaya akan cerita setting dan lokasi-lokasi baru. Untuk setting waktu, juga kurang terasa, karena seolah-olah masalah terus datang menghampiri, dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat, sementara banyak sekali peristiwa yang sudah terjadi.

Salah satu poin plus dari buku ini adalah setting dan penceritaan yang bergantian antar tokoh dan peristiwa, sehingga mengurangi kebosanan pembaca ketika mengikuti petualangan salah satu tokoh tertentu. Dengan setting yang berpindah-pindah, tentu imajinasi pembaca juga dapat berpindah dengan dinamis, tidak terlalu bosan dan terfokus pada karakter tertentu saja.

Tokoh Baru

Dalam buku kedua ini, terdapat beberapa tokoh baru yang cukup penting peranannya dalam kelanjutan kisah Xar dan Vichattan, yaitu

  • Frigus Acerbus: ratu bangsa peri yang akhirnya meninggalkan cahaya untuk memperoleh kekuatan kegelapan yang sangat besar. Tokoh antagonis ini dianggap ‘pengkhianat’ oleh bangsa peri, walaupun sebenarnya bangsa peri lah yang sudah mengkhianati ratunya. Perannya dalam cerita ini sangat penting, terutama terkait dengan rencana pencemaran Kristal Utama.
  • Tiarawati Lisbet: tiarawati Lisbet sebenarnya merupakan tiarawati senior yang cukup disegani akan kemampuannya. Malangnya, kondisi kejiwaannya terganggu akibat dirinya sendiri yang berusaha menggabungkan kemampuan kaum Vichattan dan Xar dalam mengolah energi alam dan Xar. Namun, ternyata, ketidakwarasannya justru membuat dirinya memiliki kemampuan unik, yaitu menjelajahi dimensi-dimensi lain.

Overall

Secara keseluruhan, menurut saya, buku ini cukup bagus dan layak untuk menambah koleksi. Saya sangat mengapresiasi karya ini, terutama karena ini adalah salah satu novel fiksi fantasi buatan penulis Indonesia, bukan terjemahan. Dari sisi cerita, alur yang ditawarkan cukup baik, dipenuhi dengan unsur kejutan yang tidak saya sangka sebelumnya. Hanya saja, jujur, greget untuk pertarungan masih terasa kurang. Semoga di seri ketiga, di mana menurut saya konflik yang akan terjadi mestinya semakin seru, terdapat pertarungan yang seru juga. Poin Plus lainnya, pada bagian awal, penulis menyertakan peta tentang lokasi-lokasi yang terlibat dalam cerita yang dapat membantu visualisasi dari lokasi tersebut, dan bagian akhir buku dilengkapi dengan daftar nama dan tokoh yang terlibat dalam cerita ini.

Demikian resensi/review saya untuk buku Xar dan Vichattan 2 ini. Jika ingin melihat resensi untuk buku Xar dan Vichattan 1, silahkan klik di sini.