#414 : Book Review – Xar & Vichattan Buku Satu :Takhta Cahaya
Xar & Vichattan Buku Satu : Takhta Cahaya
By: Bonmedo Tambunan
Penerbit : Adhika Pustaka (http://www.adhika-pustaka.com/)
Jumlah Halaman : 339
Sinopsis
Kuil Xar dan Vichattan, merupakan kedua tempat yang sama-sama didirikan oleh ahli waris cahaya, yaitu Xar dan Vichattan sendiri. Kedua kaum ini, bersama-sama dengan pendeta Cahaya Luscia, telah berhasil mengalahkan pasukan kegelapan yang dipimpin oleh Khalash dan panglima kegelapannya, 7 tahun lalu, dalam pertarungan yang sangat sengit dan memakan banyak korban.
Kuil Xar, dipimpin oleh biarawati Mirell, merupakan kaum yang terlatih untuk bersatu dengan energi di dalam diri mereka sendiri, yang disebut dengan Xar. Prajurit Xar sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Ka-Xar yang dipimpin oleh Jendral Terma, merupakan pasukan Xar yang lebih mengandalkan kemampuan fisik mereka. Sementara Es-Xar, yang dipimpin Petra, merupakan pasukan Xar yang lebih berkonsentrasi pada kemampuan sihir Xar, terutama untuk mempengaruhi kondisi psikis lawannya. Dari kuil Xar sendiri, masih ada Antessa, cucu dari biarawati Mirell yang di usia muda sudah menunjukkan bakat Es-Xar yang luar biasa, dan Dalrin, anak dari Terma, yang juga berbakat dalam pertarungan.
Vichattan sendiri dipimpin oleh tiarawati Magdalin. Istana yang ditempatinya disebut dengan Istana Tiara, sedangkan para pembantunya yang setia lebih dikenal dengan istilah tiarawan dan tiarawati. Berbeda dengan kuil Xar yang mengandalkan energi Xar di dalam dirinya, para pejuang Vichattan mengandalkan energi alam berupa partikel-partikel yang dapat dimanipulasi dan digunakan dalam sihir. Partikel tersebut seperti partikel api, air, tanah, dan udara. Sama halnya seperti Xar yang memiliki Antessa dan Dalrin, Vichattan juga memiliki Kara, cucu dari tiarawati Magdalin dan Gerome, anak dari tiarawan-tiarawati Vichattan yang sudah gugur sewaktu berperang melawan kegelapan. Kedua remaja ini juga memiliki kemampuan yang sama baiknya.
Pada buku ini, diceritakan bahwa biarawati Mirell dan tiarawati Magdalin mendapatkan serangan kegelapan yang cukup aneh, yang bahkan bagi orang yang berilmu tinggi seperti mereka, mereka juga tidak tahu serangan apakah itu sebenarnya. Hal ini membuat biarawati Mirell cemas, dan memutuskan untuk segera menemui Magdalin dengan harapan mereka dapat berdiskusi lebih lanjut lagi. Selain itu, Mirell juga beberapa kali mendapatkan mimpi, di mana dalam mimpi tersebut, dia melihat keempat anak remaja, dua di antaranya adalah Antessa dan Dalrin. Maka, tanpa membuang waktu lagi, Mirell dan pasukannya yang dipimpin Terma, beserta Antessa dan Dalrin, segera menuju Vichattan.
Sesampainya di Vichattan sendiri, Mirell dan Magdalin segera mengadakan rapat bersama para petinggi dan menteri lainnya, untuk mencari tahu apakah yang sebenarnya sedang terjadi. Dari sinilah mereka mengetahui, bahwa apa yang menimpa Mirell dan Magdalin adalah kutukan kegelapan, yang dilepaskan Khalash sebelum dirinya dikalahkan 7 tahun lalu pada pertarungan Cahaya melawan Kegelapan. Aktifnya kutukan ini juga menjadi pertanda bahwa kuil kegelapan dan Khalash telah berhasil bangkit kembali, sementara kuil Cahaya masih tertidur, semenjak meninggalnya pendeta cahaya Luscia.
Sementara para petinggi Xar dan Vichattan sedang berdiskusi, Dalrin dan Antessa bersama teman baru mereka dari Vichattan, Kara dan Gerome, sibuk sendiri di perpustakaan besar Vichattan, di mana Kara dan Gerome sedang menunjukkan keindahan Vichattan pada tamu baru mereka. Namun, ternyata, mereka menemukan benda peninggalan pendeta cahaya Luscia, yang memanggil-manggil mereka. Dari sana, diketahui bahwa ke empat anak ini terpilih untuk menjadi ahli waris cahaya, untuk sekali lagi mengalahkan kegelapan. Namun, karena kegelapan sudah lebih dahulu kembali ke dunia, maka waktu yang tersisa tidak boleh terbuang. Maka, meskipun dengan berat hati karena keempat anak remaja ini sesungguhnya belumlah terlalu dewasa untuk menanggung beban berat ini, Luscia segera mengirim mereka ke pegunungan Eros untuk membangkitkan dua roh cahaya yang sedang tertidur, Amor dan Pietas, untuk segera membangkitkan lagi kuil Cahaya.
Tentu saja, pihak kegelapan pun sudah mengetahui adanya ahli waris yang baru ini, dan tentu saja mereka tidak akan semudah itu membiarkan Cahaya bangkit kembali. Maka, diutuslah Panglima Shiba, salah satu panglima kegelapan yang tersisa untuk membunuh keempat ahli waris yang baru sebelum mereka berhasil membangunkan kembali kuil Cahaya.
Bagaimanakah petualangan keempat ahli waris cahaya dalam membangunkan kembali kuil Cahaya ? Apakah mereka akan berhasil ? Jangan lupa untuk membaca ceritanya pada buku ini.
Review
Story
Cerita pada buku pertama ini lebih berkutat pada ‘pengenalan’ akan kuil Xar dan Vichattan. Lalu, diikuti dengan sedikit pengantar tentang pertarungan cahaya dan kegelapan. Selanjutnya, cerita bergeser pada keempat ahli waris cahaya, yang sudah harus memulai petualangan mereka dalam membangunkan kembali kuil Cahaya, untuk menandingi kuil Kegelapan yang sudah muncul kembali.
Cerita petualangan tersebut di mulai dari ketika mereka pertama kali dikirim ke Pegunungan Eros, dikejar-kejar monster kegelapan, bahkan panglima kegelapan Shiba sendiri.Lalu bagaimana mereka pertama kali bertemu dengan bangsa peri yang juga membantu mereka.
Tidak kalah mengejutkannya juga adalah adanya beberapa tokoh penting, baik dari Xar dan Vichattan, yang harus meninggal, dalam tugasnya melindungi keempat ahli waris cahaya.
Setting
Pada buku pertama ini, karena merupakan edisi pertama, maka setting yang disuguhkan juga sangat banyak dan cukup detail, yang sangat membantu imajinasi pembaca dalam membayangkan apa yang sedang disampaikan oleh penulis. Beberapa setting yang dibahas, misalnya adalah kuil Xar, Vichattan dan keindahan kota di dalamnya, lalu berbagai pegunungan dan desa yang juga dilalui oleh tokoh-tokohnya pada cerita buku pertama ini.
Tokoh
Berikut merupakan daftar dari tokoh yang menjadi sentral cerita dalam buku pertama ini
- Biarawati Mirell : pemimpin utama kuil Xar.
- Tiarawati Magdalin : pemimpin utama Vichattan.
- Terma : Jendral pemimpin pasukan Ka-Xar dari kuil Xar.
- Petra : Jendral pemimpin pasukan Es-Xar dari kuil Xar.
- Antessa: Cucu dari Mirell, salah satu ahli waris cahaya.
- Dalrin: Anak dari Terma, salah satu ahli waris cahaya.
- Kara : Cucu dari Magdalin, salah satu ahli waris cahaya.
- Gerome: anak tiarawan dan tiarawati Vichattan, salah satu ahli waris cahaya.
- Khalash: Pangeran kegelapan, tokoh antagonis utama dalam cerita ini
- Shiba : salah satu panglima kegelapan yang masih hidup
- Corbus : salah satu panglima kegelapan yang paling sakti, tangan kanan dari Khalash.
- Nolacerta: Perwakilan Roh Kegelapan di dunia, berwujud naga berkepala dua, di mana nama masing-masing kepala adalah Nola dan Certa.
Overall
Secara overall, cerita yang disuguhkan cukup menarik,meskipun buku ini lebih tepat dikatakan sebagai pengantar cerita menuju seri-seri selanjutnya yang pasti lebih seru karena sudah memasuki konflik yang sesungguhnya. Setting yang diberikan pada buku ini cukup detail, membantu imajinasi para pembacanya.
Untuk informasi tambahan, seri kedua berjudul Prahara juga sudah dapat dibeli. Bagi yang ingin melihat review dari buku kedua Xar dan Vichattan, silahkan klik di sini.